Jumat, 12 Maret 2021

DIALOG SUKMA






Dialog Sukma....... 

Bukankah sejak dua hari lalu kau mengeluh pening?
Selarut ini masih terjaga?

Bukankah kau yg biasanya mengajakku terjaga?
Membahas perihal pasti namun selalu kau risaui

Bukankah kau yg selalu mengajakku debat?
Harusnya pembahasan kita selesai
Tapi kau selalu saja punya logika yg katamu lebih kuat

Sudaah cukup, ini sudah larut..
Harusnya kalian sama2 mendukungku untuk rebah
Mengapa kalian selalu berdebat hebat

Heii, bukankah sore ini kau minum kopi?


Pati, 07 maret 2021

Jumat, 05 Maret 2021

Kau adalah kehilangan yang selalu ku cari-cari






Kau adalah kehilangan yang selalu ku cari-cari

Kau adalah kehilangan yang selalu ku cari-cari
Dan senyummu adalah bahagiaku yang selalu ku curi-curi
Keinginanku bersamamu menjalin cinta yang hebat
Menjadi sekat antara aku dan akal sehat

Kau merantai aku pada malam-malam
Mematri pada sepi yang begitu berisik membicarakan kelam
Sampai aku diusir oleh diriku sendiri
Bersama impian-impian bodoh itu

Aku bertanya kepada waktu
Apakah semuanya akan tetap sama ?
Dan bagaimana kabarmu ?
Adalah doaku agar kau baik-baik saja

Selasa, 02 Maret 2021

SEKOLAH IMPIAN

                          










Dia Manis umurnya tujuh belas tahun namun, dia sudah hidup dengan berbagai macam pemikiran yang tidak sama seperti teman seumuran-nya.
 Di sekolah, Manis sering melamun saat guru menjelaskan materi pelajaran dan ia sering sekali di tegur oleh gurunya akibat melamun. Dalam lamunanya ia berfikir akan banyak hal soal kebijakan-kebijakan yang berlaku di sekolah. Ia adalah salah satu siswa yang tidak begitu pandai, tidak mudah mengingat, tidak mudah menghafal dan hanya menyukai segala hal tentang praktik yang ada di sekelilingnya. Seperti, berfikir tentang keadaan Negaranya yang membuat aturan, namun masih banyak pelanggaran. Dalam kehidupan sosial seperti anak yang kurang mampu di sekolahnya tidak bisa memakai seragam dan sepatu yang layak di sekolahnya. 
Manis selalu memikirkan cara bagaimana agar sekolah yang sedang ia jalani saat ini bisa seperti apa yang ia impikan. 

Sekolah yang memberi kebebasan muridnya untuk berfikir, bertindak dan mengemukakan pendapat. Pandangan itu selalu buyar ketika ada guru yang menegurnya, “jika masih ingin melamun, silahkan keluar dari kelas saya.” Begitulah kiranya teguran dari sang guru. Namun itu tak membuatnya berhenti untuk melamun dan memikirkan apakah bisa aku bersekolah di tempat yang aku inginkan seperti itu. 

Di setiap sore manis selalu membaca buku yang ia pinjam dari perpustakaan sekolah maupun perpustakaan daerah. Buku yang ia baca bermacam-macam novel fiksi, novel non-fiksi, buku sejarah, komik animasi, dan kadang ia juga mencari buku yang judulnya terdapat kata ‘perlawanan’ atau ‘melawan’. Saat ia membaca novel fiksi pikirannya melambung jauh membayangkan segala kejadian yang ada di novel itu benar-benar terjadi dan perasaannya sangat bahagia ketika membayangkan kejadian di novel itu benar-benar terjadi. Seringkali ia melamun bahagia ketika mengingat kejadian-kejadian yang terjadi di dalam novel yang sering ia baca. Ia pernah membaca novel yang menceritakan kisah anak-anak yang masih berumur duabelas tahun namun, ia sudah bisa berwirausaha. Ketika teman-temannya menghabiskan uang untuk membeli ke lereng ia menjadi penjual kelereng yang mendapatkan banyak keuntungan, ketika tean-temannya menghabiskan uang untuk membeli layangan anak kecil itu menjadi penjual layangannya. Manis sangat kagum membayangkan perjuangan anak kecil itu untuk mendapatkan uang.

Padahal umur duabelas tahun harusnya masih berfikir untuk bermain dan tidak ada niatan untuk mencari uang namun, yang terjadi pada anak kecil itu tidak seperti kebanyakan anak kecil duabelas tahun lainnya dan itu membuat Manis semakin berani membayangkan sekolah impiannya. 
                                    ***
Siang hari saat Manis pulang sekolah berjalan sendirian menuju jalan raya, ada teman manis bernama Jhono yang tiba-tiba menepuk punggungnya sangat keras dan berkata “ Heiii nis, gimana masih pengen sekolah impian itu?” (ia menyapa Manis sambil tertawa sekencangnya). Manis pun menjawab “ Ya.. masih, kamu tau sendirikan aku ini bukan anak yang pintar menghafal pendapat para ahli.”. Jhono pun masih tertawa geli lalu menanggapi jawaban Manis “ Wah.. kalo begitu aku juga mau dong nis ikut sekolah yang tidak ada menghafal mengingat dan hanya membutuhkan pendapat siswanya”. 
Manis pun tersenyum lesu dan menjawab “ Eh.... kamu pikir ada sekolah di sini yang akan memebaskan muridnya untuk melakukan segala sesuatu yang diinginkan? Aku juga masih memikirnkannya mungkinkah ada atau bahkan tidak akan pernah ada sampaikapanpun.”
Jhono mengerutkan keningnya dan berkata “ Hmmmm... kenapa tidak kita saja yang mewujudkan sekolah impian kita itu. Kamu Kepala Sekolahnya dan aku sebagai petugas serabutan.” Dilanjutkan gelak tawa yang tak berhenti.
“ Eh, Jhon jangan begitu dong, kamu ini mau menyemangatiku atau hanya mau membuatku tambah pesimis dengan impuanku sendiri sih.” Dengan muka cemberut Manis pun berhenti di pinggir jalan raya untuk menunggui angkutan Kota menuju rumahnya. Jhono yang kebetulan rumahnya bersebelahan gang dengannya ikut menunggu angkutan Kota, tidak lama sudah aada angkutan Kota yang datang lalu mereka pun naik angkutan tersebut. Di dalam angkutan itu, tidak ada percakapan sama sekali mereka berdua hanya melamun memikirkan apa saja yang bisa mereka pikirkan dan menghayal. Sampai angkutan berhenti di gang mereka masih saja tidak melakukan percakapan sama sekali akhirnya, mereka mengucapkan salam perpisahan lalu masuk ke gang rumah masing-masing.

Sesampainya dirumah Manis melepas sepatu dan melempar tasnya ke dalam kamar lalu ia segera merenahkan badan di tempat tidurnya. Manis memikirkan semua perkataan Jhono sahabatnya sejak kecil, apakah bisa aku bersekolah di tempat seperti itu? Apakah mungkin ada sekolah macam itu? Saat membayangkan itu manis tertidur.
                                   
Pagi harinya Manis agak tergesa-gesa karena sudah agak kesiangan, ia tak sempat sarapan dan langsung berangkat kesekolah begitusaja.
Sesampainya di sekolah Manis agak bingung, kenapa semuanya terasa asing ia mencari-cari Jhono di tempat biasanya kok tidak ada? Belum sampai bertemu dangan Jhono bel masuk pun terdengar. Akhirnya Manis masuk kedalam kelas, di dalam kelas ia kaget dengan apa yang di jelaskan oleh gurunhya, gurunya mengatakan “ Di sekolah ini dilarang untuk menghafal dan latihan mengingat, semua yang kalian kerjakan berdasarkan pendapat kalian masing-masing melalui langkah-langkah : observasi langsung, melalui kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalran rasional, melalui pemahaman yang tiba-tiba saja datang dari dunia lain dan di luar kesadaran dan pikiran yang tersusun mendasari dan menggambarkan semua secara visual.

Betapa bahagianya Manis mendengar itu, ia tidak harus menghaplkan pendapat para ahli, karena gagasan, pendapat dan pandangan muridnya lebih dihargai dan di dengar. Karena kebijakan itu ia bisa mengguakan ilmu secara wajar, karena selama ini ilmu hanya membuat para murid tidak bahagia karena merasa hanya menjadi robot-robot yang di seragamkan pemikirannya, tidak hanya bajunya saja yang di seragamkan namun, cara berfikirnya juga di seragam kan harus sama semua pendapatnya, harus sama semua jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang di berikan oleh guru, jawaban yang dihasilkan harus sama seperti pendapat para ahli.
Beberapa saat kemudian ada suara guru yang memberi pertanyaan dan harus di jawab sesuai dengan pendapat murid-muridnya “ Mengapa Ilmu yang selama ini kita pelajari yang harusnya membawa manfaat yang lebih besar pada kita tetapi pada kenyataanya hanya membawa kebahagiaan sedikit pada kita?”. Manis tersenyum lebar ia pun bersiap-siap merangkai kata untuk menjawab pertanyaan sang guru, sudah banyak kata yang ia rangkai dan saat giliran ia mengemukakan pendapat ia malah terjatuh dari tempat tidurnya. Ternyara, semua yang ia alami itu tadi hanyalah bunga tidur dari impian-impiannya selama ini yang tidak akanpernah terjadi, Manis merasa jengkel dan kesal dangan kejadian yang baru saja ia alami itu karena, ternyata apa yang ia impikan tidak akan pernah jadi kenyataan di dalam kehidupannya.
                                 TAMAT