Khanah
Seolah menjadi diktrum bahwa tempat berpulang paling ramah adalah 'rumah'
Senyaman ruang-ruang raung yang membuat kita riang.
Juga meneteskan beribu nestapa yang dikeluhkan oleh orang-orang bijaksana.
Seperti menguap dengan lesu, peluhmu, anganmu juga citamu.
Sedari kecil kita memperoleh dorongan penuh untuk mengangkasa,
Dewasa ini kita sadar tak ada angkasa yang abadi,
kita perlu membumi untuk kembali ke khanah yang sejati.
Ada yang menerimamu dengan jiwa yang paling luas,
Dari kesombonganmu yang menyempitkan.
Bilik-bilik sempit, gelas-gelas teh dengan sabit senyumnya, tidak padam hingga berkali-kali purnama.
Sembari tergugu haru,
Seusai kau melalang, terjatuh, tak menemui kedamaian setelah angin tertiup bahkan terhenti.
Terus gelisah karena tidak pernah beristirahat dari berbagai hasrat.
Juga seusai kau mengkhatamkan mimpi-mimpimu.
Cium aroma wangi setiap kisahmu,
Peluk hangat setiap rangkulan yang menenangkan juga memenangkan.
Di sana,
Dimana ketika segalanya mulai lahir,
Nama-nama yang tumbuh
Lalu kisahmu yang pergi.
Lamunan yang mulai memburam dari kedua retina kasih hatimu,
Menjelma bangunan, memantulkan banyanganmu berpulang.
Jika ada waktu,
kembali menziarahi sudut-sudutnya,
Sekadar mengulang kenangan atau kembali mencipta kebahagiaan.
Salatiga, 30 Agustus 2021
0 komentar: