Sabtu, 17 Oktober 2020

SAMAR

Petang
Malaikat menunggu di depan pintu
Katanya, yang kau cinta telah dimiliki
Pedang Tuhan diasah
Dalam pangkuan iblis yang terbahak

Sementara waktu tetap melangkah
Tanpa pernah merasa bersalah
Luka-luka menganga
Dibuka paksa
Oleh kenangan yang licik

Dedaunan ranggas
Di halaman belakang
Kau punguti satu per satu
Untuk kemudian kau jadikan perisai
Bagi jiwa rapuhmu

Bahwa kenyataan pahit harus kau telan
Raga yang kau banggakan
Tak lebih dari Setangkai mawar
Riuh dalam semai
Runtuh disapa badai


Bukankah kematian itu lucu, kekasih?
Aku pesan satu untuk masa lalu

Dadaaa

Arsyad NA
Previous Post
Next Post

Silahkan menulis di blog ini semau anda, yang penting punya hasrat untuk menulis

0 komentar: