Petang
Malaikat menunggu di depan pintu
Katanya, yang kau cinta telah dimiliki
Pedang Tuhan diasah
Dalam pangkuan iblis yang terbahak
Sementara waktu tetap melangkah
Tanpa pernah merasa bersalah
Luka-luka menganga
Dibuka paksa
Oleh kenangan yang licik
Dedaunan ranggas
Di halaman belakang
Kau punguti satu per satu
Untuk kemudian kau jadikan perisai
Bagi jiwa rapuhmu
Bahwa kenyataan pahit harus kau telan
Raga yang kau banggakan
Tak lebih dari Setangkai mawar
Riuh dalam semai
Runtuh disapa badai
Bukankah kematian itu lucu, kekasih?
Aku pesan satu untuk masa lalu
Dadaaa
Arsyad NA
0 komentar: