Jumat, 30 Oktober 2020
Rabu, 28 Oktober 2020
Aku Sudah Seperti Nabi-ku
Selasa, 27 Oktober 2020
Mengapa Harus Pemuda?
Minggu, 25 Oktober 2020
KODE TUHAN
Tapi
Sabtu, 24 Oktober 2020
ASMARALOKA
Kamis, 22 Oktober 2020
RENJANA MATI
Rabu, 21 Oktober 2020
IS IT ONLY MEN WHO LIKE SEX? (DIFFERENCE OF VIEWS ABOUT SEX) APA CUMA COWO YANG SUKA NGEWE? (PERBANDINGAN PANDANGAN SEX)
ENTAH
KESENDIRIAN
Selasa, 20 Oktober 2020
PISAH
Senin, 19 Oktober 2020
KEGAGALAN
BAD DAY
Minggu, 18 Oktober 2020
ADINDA
Sabtu, 17 Oktober 2020
KEMENANGAN
SAMAR
Rabu, 14 Oktober 2020
AYAH
Ayah, dalam gelap ini hanya dirimu yang ada diingatanku.
Berulangkali hati ini memanggilmu, namun semuanya sia-sia.
Mengapa waktu tak kenal rindu?
Mengapa takdir tak kenal tangis?
Air mata jadi bukti kenangan indah.
Suka, duka dan semua tentang dirimu.
Ketika mereka mmemanggil ayahnya, aku hanya diam dalam lamunan.
Dimana ayaaah...?
Moderasi Islam di Indonesia
Senin, 12 Oktober 2020
Mobile Legend Game Online yang Merubah Suasana Pesantren
Jumat, 09 Oktober 2020
Catatan Seoarang Demonstran Amatir
Pada tanggal 07 Oktober 2020, aku terbangun dari tidurku. Seperti hari-hari biasa aku terbangun kesiangan. Semalam suntuk aku memantengi HP milikku, untuk menelaah dan menganalisis UU Cipta kerja yang tengah ramai ditolak dari berbagai kalangan. Sampai pukul 05.00 WIB aku belum menemukan kejanggalan yang ada pada draft UU yang telah tersebar di berbagai WA group. Aku masih belum percaya dengan media masa yang memberitakan pasal-pasal kontroversial yang ada pada Undang-Undang Cipta Kerja.
Aku terbangun pukul 11.00 WIB pada hari itu ada demonstrasi di depan gedung DPRD Jateng, sudah banyak teman-teman yang ada di Semarang berkumpul di Pos 4 Pelabuhan Tanjung emas. Namun aku belum sepenuhnya yakin dengan isu-isu yang diberitakan oleh media. Maka aku mengulanginya sekali lagi untuk mengkaji UU Cipta kerja. Ditambah lagi tersebar di beberapa grup WA ternyata ada banyak Hoax yang tersebar dalam isu UU Cipta kerja tersebut.
Didalam grup WA terdapat sedikit perdebatan antara saya dengan teman saya. Langsung saja saya japri dia. Saya bertanya beberapa pasal yang saya rasa mengganjal dan hal itu banyak di jawab olehnya, kebetulan dia adalah mahasiswa hukum jadi saya lumayan percaya akan wawasan yang ia miliki terkai hukum.
Tersebar lagi berita bahwa PBNU dan Muhammadiyah menolak Omnibus Law yang didalamnya terdapt pasal-pasal yang tidak pro dengan rakyat. PB PMII dan Ormas-Ormas yang lain juga banyak yang menolak Omnibus law yang sudah disahkan pada 05 Oktober 2020.
Pada pukul 13.30 WIB aku melihat story WA milik adik kelas yang memposting foto di Semarang, aku japri lah dia, tidak kusangka ternyata dia hanya memposting foto saja, sedangkan dirinya masih leyeh-leyeh di kontrakan miliknya. Lalu saya bertanya dengannya, apakah mau ikut denganku untuk pergi ke Semarang. Tanpa pikir panjang dia pun mau saya ajak ke Semarang, saya berkata kepada nya, apabila nanti demonya sudah selesai kita mampir dulu di rumahku.
Pada pukul 14.30 WIB tepat aku berangkat dari Salatiga. Karena motor milikku dibawa oleh seorang teman perempuan, maka saya pinjam ke teman. Dengan kecepatan rata-rata 80km kita sampai di Semarang pukul 15.45. Awalnya kita ragu-ragu apakah demonstrasi tersebut masih berlangsung. Dan ternyata tidak seperti yang kita kira, para demonstran masih memadati sekitar gerbang DPRD Jateng.
Kurang lebih berjarak 50 meter dari pendemo, kita memarkirkan motor, namun dirasa kurang puas, kami pun mendekati pendemo. Saat itu kami berjarak sekitar sepuluh meter dari gerbang DPRD yang ternyata sudah saling dorong. Temanku menemukan kawan-kawan dari Salatiga. Sembari menunggunya, aku menyulut rokok dan tiba-tiba..... Dorr..... Dorr...... Suara gas air mata ditembakkan oleh aparat.
Dokumen pribadi : Sesaat sebelum gas air mata ditembakkan kearah pendemoPara pendemo seketika pecah, tanpa pikir panjang motor yang kutunggangi, kubawa menghindari amukan aparat. Namun temanku kutinggalkan, akan tetapi aku masih bisa melihatnya diantara kerumunan para pendemo yang tengah menyelamatkan diri, karena panik akan hal yang tidak kuinginkan terjadi, maka dengan rasa bersalah aku menunnggunya untuk bisa bersama dengannya.
Kami menuju perkampungan dibelakang gedung BI. Ternyata banyak para pendemo yang rata-rata mahasiswa, berlindung disana. Banyak dari mereka pingsan karena efek gas air mata. Baru kali ini saya merasakan gas air mata, memang wajar saja kalau ada yang pingsan, gas ini bisa menimbulkan sesak nafas, wajah terasa terbakar, mata perih seperti terkena cairan cabai. Aku dan sahabat ku ini, mau tidak mau harus ikut membantu mahasiswa yang tengah kewalahan dengan tindakan represif aparat. Sahabat ku mendapatkan kabar bahwa banyak dari kawan-kawan Salatiga yang tertangkap oleh aparat.
Para mahasiswa ingin memukul mundur aparat, namun yang terjadi adalah serangan gas air mata yang ditembakan bertubi-tubi. Para pendemo terkepung di daerah Peleburan, ketegangan berlangsung kurang lebih satu jam, karena situasi yang kian mendesak kita memutuskan untuk pulang dan namun kami juga menemukan kesulitan, yaitu keluar dari kepungan aparat, mereka mensweaping kawasan-kawasan yang menjadi persembunyian para demonstran. akhirnya kami lolos dengan melewati jl. Sriwijaya dan langsung menuju rumah untuk rehat.
Mungkin inilah pengalaman pertama saya mengalami chaos saat demonstrasi. Selama saya menjadi mahasiswa di kota Salatiga, saat aksi turun kejalan di Salatiga belum pernah terjadi kericuhan seperti di kota-kota yang lain. Disini sepertinya sangat mudah untuk audiensi langsung dengan pejabat-pejabat yang ada. Mereka sangat terbuka dengan Masyarakat di kota ini, mungkin hal tersebut yang menjadikan kota ini menjadi aman dan kondusif.
Sekian terimakasih
Kamis, 01 Oktober 2020
OSPEK Sebagai Ajang Kontestasi Organisasi mahasiswa Islam Ekstra Kampus Dalam Perebutan Kader
Pada bulan-bulan ini seluruh Universitas dan sekolah tinggi di Indonesia melakukan pengenalan budaya Akademik. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, tahun ini mahasiswa baru dihadapkan dengan sistem daring. Cara-cara Ospek daring sangat beragam, misalnya memberikan tugas membuat video dan lain sebagaianya, sehingga kreativitas mahasiswa baru lebih terasah. Namun, ternyata ada juga ospek daring yang melakukan pelatihan mental (perploncoan) menjadi viral di sosmed. Entah apa motif dibelakangnya, namun hal itu menjadi sangat aneh dan lucu ketika dilaksanakan secara daring.
Masa seperti inilah yang digunakan oleh organisasi ekstra kampus untuk mencari generasi penerusnya (kader). Organisasi-organisasi besar seperti HMI dan PMII misalnya. Namun kontestasi tidak hanya dilakukan oleh dua organisasi besar ini, organisasi ekstra kampus seperti IMM, KAMMI juga ikut andil untuk berburu mahasiswa baru sebagai anggotanya. Berpuluh-puluh tahun budaya ini tidak lekang dimakan zaman, waktu inilah yang dirasa terbaik dan membuka peluang besar untuk memperoleh sebanyak-banyaknya kader.
Apakah hal itu wajar? Wajar saja dilakukan selama tidak melanggar etika-etika tertentu dan yang terpenting adalah tidak bertentangan dengan Pancasila. Soe Hok Gie, telah mengibaratkan kampus serupa dengan miniatur negara. Di mana sebuah negara mempunyai banyak elemen. Persoalan sosial, politik dan ekonomi sudah menjadi masalah klasik. Tidak berbeda jauh dengan negara, kampus juga mempunyai sistem pemerintahan di dalamnya. Sama halnya dengan negara, kampus memepunyai partai, serta komponen-komponen lain yang hampir sama dengan apa yang dimiliki oleh sebuah negara.
Setiap organisasi, partai atau yang lainnya, pastilah mempunyai ideologi. Organisasi mahasiswa Islam pun demikian, walaupun mereka sama-sama beragama Islam. Namun, mereka memiliki kecenderungan dalam berbagai aspek. Sudah tidak asing lagi, Islam sudah terbagi-bagi dalam segi pemikiran dan gerakan. Ada Islam traditionalis, Islam modernis, Islam fundamentalis dan ada juga Islam kiri, seperti halnya Ali syari'ati dari Iran.
Lantas apa hubungannya semua itu dengan OSPEK yang terjadi di kampus?
Sebagai contoh salah satu Perguruan Tinggi Islam Negeri yang ada di kota Salatiga, yang setiap tahunnya melaksanakan OSPEK atau disana lebih akrab dengan istilah PBAK. Sebagai masa yang dinantikan. PBAK menjadi ajang untuk saling berkontestasi. Berebut posisi dalam kepanitian adalah salah satu cara agar mereka menjadi lebih mudah dalam menjaring dan mempengaruhi mahasiswa baru. Tim penyeleksi panitia PBAK adalah Dewan Mahasiswa (DEMA) yang tentunya mereka adalah bagian dari organisasi ekstra kampus tertentu.
PBAK tahun ini diselenggarakan oleh Dewan Mahasiswa (DEMA) yang diawasi oleh Senat Mahasiswa (SEMA). Tentu mereka juga menjadi anggota disalah satu organisasi ekstra kampus. Mereka telah mempersiapkan kegiatan ini dengan sedemikian rupa, siang dan malam mereka bekerja supaya PBAK kali ini berjalan dengan lancar. Namun hal ini dipandang tidak sehat oleh organisasi ekstra kampus yang lain, seperti HMI KAMMI dan IMM. Karena menurut mereka PBAK tahun ini hanya menguntungkan salah satu pihak organisasi ekstra kampus, seperti PMII. Tetapi dikarenakan tahun ini dilaksanakan secara daring maka gerakan-gerakan penjaringan maba hanya lewat media sosial dan jaringan kerabat atau keluarga.
Kejadian yang melatar belakangi hal demikian yaitu terselenggaranya PEMIRA atau pemilihan umum raya mahasiswa yang terjadi setiap tahunnya. Organisasi ekstra kampus saling berlomba-lomba memenangkan PEMIRA. Sistem pada pemilihan yang digunakan tahun kemarin hampir sama dengan pemilu yang dilaksanakan di Indonesia. Yaitu menggunakan sistem Presidential Threshold . Banyak dari lini-lini organisasi mahasiswa intra kampus yang di isi oleh anggota dan kader PMII. Sedangkan organisasi ekstra kampus yang lain seperti HMI IMM dan KAMMI menjadi oposisi mereka lewat partai sayap kanan mereka yang ada di kampus.
Dikarenakan kekalahannya dalam berkontestasi, organisasi-organisasi ekstra kampus seperti HMI, KAMMI dan IMM menjadi merasa minoritas dan sangat tertindas. Padahal mereka sendiri yang kurang bersungguh-sungguh dalam berkompetisi disaat Pemira berlangsung. Fakta di lapangan, partai yang dinaungi oleh HMI, KAMMI dan IMM masih banyak yang tidak lolos administrasi ketika di seleksi oleh KPU Mahasiswa. Seperti kurangnya kursi Senat Mahasiswa. Maka yang terjadi banyak kekosongan calon di tataran Dewan Mahasiswa atau BEM hingga HMPS dan hal itu membuat banyak calon yang melawan bumbung kosong.
Karena kurangnya penguasan organisasi ekstra kampus yang lain seperti HMI, KAMMI dan IMM dalam lini-lini organisasi mahasiswa intra kampus di PTKIN yang ada di Kota Salatiga. hal tersebut berimbas ketika penyeleksian panitia PBAK, dimana banyak dari anggota tim penyeleksi adalah kader-kader PMII yang menjabat di struktur organisasi intra kampus. Sehingga hal tersebut akan menjadi terlihat sangat oligarki, namun hal ini akan berbeda apabila organisasi ekstra yang lain seperti HMI, IMM dan KAMMI bersaing dengan keras dan akan menjadikan good goverment di kampus.